It comes to an end
- Amelia Stephanie
- Feb 10, 2016
- 6 min read
Tidak habis pikir mengapa seseorang yang saat ini hadir disini bersama kita dan terasa sangat amat dekat, tapi hanya dalam sekejap saja mereka akan berada di tempat lain yang jauh dari kita. Selalu timbul pertanyaan. Lucu ya saat ini kita semua yang sebelumnya berasal dari tempat berbeda2 bisa berkumpul bersama dan akan berpisah lagi untuk kembali ke kehidupan kita di tempat yang berbeda2 itu. Saya jadi berpikir benar2 harus menghargai waktu yang ada, momen yang ada, kesempatan yang ada. Jangan pernah menganggap remeh setiap kejadian karena itu semua ga akan terulang 2 kali atau kita hanya bisa menyesal saat kita pengen kembali berada di momen tersebut yang kita anggap remeh. Mungkin saat kita menjalani nya, rasanya biasa banget dan sudah seharusnya seperti itu dan hanya jadi rutinitas. Tapi percayalah, suatu saat ketika kita melihat kembali momen tersebut dan ingin mengulang kembali, semuanya hanya akan menjadi kenangan. Hal yang kita anggap rutinitas saat ini, suatu saat akan menjadi hal yang berarti yang ga bisa dikembalikan atau dibeli dengan uang.
Saya tidak pernah suka saat harus mengucapkan selamat tinggal. Rasanya tidak bisa dijelaskan dengan kata-kata. Rasa kehilangan dan harus beradaptasi dengan situasi yang baru. Meskipun saya hanya mengenal orang itu untuk waktu yang sebentar (4 bulan), tapi kedekatan yang kami miliki membuat saya sulit mengucapkan selamat tinggal. Rasanya ingin memeluk mereka terus dan terus bersama.
Jadi teringat bagaimana pertama kali bertemu dengan mereka. Hari itu tanggal 12 September 2015, hari pertama saya sampai di Manchester dan masuk ke dorm. Saat saya dan Icha ingin membeli makanan, kami mendengar di dapur ada suara cewek yang sedang masak, kami pun mengintip, ternyata mereka adalah flat mates kami dari China, Tong dan Fu Yudi, yang juga baru sampai juga dari China. Lalu saat kami balik setelah beli makan, di dapur ada 1 orang cowok bersama dengan mereka, Ni Jun, yang ternyata juga dari China. Well, saya tidak berpikir akan bersahabat baik dengan mereka. Saya masih ingat kurang lebih 2 minggu setelah kami, datanglah teman flatmates kami yang terakhir yang merupakan temannya Fu Yudi dan Li Tong, Wang TianQi. Pertama kali melihat, saya merasa dia orangnya kaku dengan gaya pakaian jas nya yang super formal.
Lalu beberapa minggu setelahnya, teman-teman China kami ini datang bersama dengan 1 orang China lainnya, Zhuo Hanshuo, yang cukup talkative. Awalnya kami ga sedekat ini dan bahkan cuma sapa sedikit aja saat bertemu. Tapi seiring berjalannya waktu, kami menikmati dan menghabiskan waktu bersama. Kami menghabiskan malam mengobrol bersama, makan malam bersama merayakan hari kue bulan, Christmas eve dan Christmas. Sampailah kami pada hari ini (7 Januari 2016). Mereka akan kembali ke China besok pagi dan mungkin saya tidak akan pernah punya kesempatan lagi untuk bertemu bersama-sama mereka semua sekaligus. Tapi ini membuat saya ingin sekali ke China, untuk menyusul mereka dan belajar bahasa mandarin. Well ini menjadi salah satu resolusi saya.

Image 1. Malam perpisahan dengan teman-teman China
Selamat tinggal Zuo Hanshuo, Li Tong, Fu Yudi, Ni Jun dan Wang TianQi. Terima kasih telah menjadi bagian yang indah dalam pengalaman exchange saya disini. Terima kasih telah membuat saya merasa memiliki teman yang perhatian dan seseorang yang asik diajak berbicara. Terima kasih untuk semua kenangan yang kita lalui, saya akan simpan semuanya baik-baik sampai nanti kita bertemu lagi di masa depan di negara yang berbeda.
You can't back to the past, you don't know the future, all you have is NOW. So use your time now wisely, don't waste it. Waktu akan terus berjalan, ga peduli bagaimana kamu menghabiskannya. Hargai waktumu sekarang!! too much emotional :( melow.
Tulisan diatas saya tulis dihari terakhir saya bertemu teman-teman China saya, namun saya masih punya 3 minggu terakhir di UK.
Saat ini saya mau melanjutkan tulisan saya mengenai masa-masa terakhir saya di UK. Saya menghabiskan 3 minggu terakhir dengan travelling karena saya tidak punya waktu yang pas saat kuliah. Kami memulai perjalanan dengan London, Edinburgh, Belfast, York, Chester, Lake District dan pergi ke beberapa museum di Manchester (The Manchester Museum, John Rylands Library, National Football Museum, Salford Museum and Art Gallery, Imperial War Museum, Museum of Science and Industries).

Image 2. Saya berkesempatan melihat salju pertama dalam hidup saya di Edinburgh.

Image 3. Belum ke UK kalo belum foto sama Big Ben!
Selain itu, ini adalah waktu yang tepat untuk saya perpisahan dan pamitan dengan Kak Nanu (orang yang selalu membantu kami disini) dan Mbak Agnes ("ibu kos" kami). Entah mengapa saya lebih merasa sulit untuk mengucapkan selamat tinggal kepada teman-teman China saya, dibanding selamat tinggal meninggalkan negara ini.
Pada akhir bulan Januari, saya harus menempuh 19 jam penerbangan untuk kembali ke Indonesia. Well, ini adalah saat-saat yang sudah saya tunggu untuk kembali. Saat saya melakukan perjalanan itu, saya merasa waktu sangat cepat sekali berlalu. Baru kemaren rasanya saya berada di situasi seperti itu, duduk dalam penerbangan bersama Icha, menghabiskan waktu bersama, transit di Doha hingga akhirnya tiba di tempat tujuan kami. Tapi yang berbeda kali ini adalah kami bukannya beristirahat di dalam pesawat malah ngerjain tugas (bikin laporan LSPR dan edit video dokumenter kami). Ya ga berasa sih tiba-tiba udah sampe di Doha.
Dalam perjalanan saya kembali pun, saya merasa sangat disertai Tuhan dalam setiap yang saya lakukan. Saat di Manchester, saya mendapat bagasi 30 kg. Sudah dari lama saya bingung gimana caranya biar ga kelebihan bagasi nya, karena timbangan di rumah mbak Agnes (rumah yang saya tinggali) gak bener. Timbangannya nunjukin berat yang berubah-ubah terus gitu jadi saya juga gatau berat yang sebenarnya itu berapa. Salah satu alasan saya takut bagasi kelebihan bukan karena saya tidak mau bayar kelebihan bagasi itu, namun karena sekitar sepertiga barang saya (baju-baju yang sudah tidak saya pakai) sudah di shipping. Jadi gak lucu banget kalo saya udah bayar shipping dan ternyata harus nambah bagasi lagi.
Semua orang bilang koper bagasi saya berat banget, ini membuat saya semakin gak PD. Sebelum check-in, saya me-wrap koper saya dan orangnya juga bilang "Wah berat banget nih kopernya, ini pasti lebih dari 30kg". Nah loh ini nambah bikin saya deg-degan sepanjang ngantri untuk check in, tapi Icha dengan sabar nenangin saya "tenang mel, nanti bagasi kita di gabung aja jadi kalo lu lebih, dioper ke gua". Lumayan agak tenang rasanya. Sampai giliran kami untuk check-in, bahkan saya tidak berani untuk mengangkat koper saya ditimbang. Saya mempersilakan Icha menimbang bagasi duluan, baru setelah itu saya. Wah ternyata kopernya Icha lebih berat dari 30kg. Well ga ada harapan untuk saya berbagi berat dengan bagasi dia. Semakin deg-degan lah hati ini. Gimana gimana gimana.
........... deg deg deg. Rasanya jantung ini gabisa berhenti berdetak lebih kencang. Sejak pagi udah doa ke sekian kali nya yang saya ucapkan dalam hati. Tangan gemetar. Bermodalkan pengharapan dan doa, saya mengangkat bagasi saya untuk ditimbang.......... Jujur aja ga berani liat angka beratnya...... Tapi saya memberanikan diri......
WOW! 29.9 KG????!!!!! Langsung terpikir ga salah liat nihhh??? Duh seneng banget rasanya! Segala rasa cemas langsung hilang dari dalam, langsung lega.... Thanks GOD THANKS GOD, gabisa berhenti mengucap syukur dalam hati dengan senyum sumringah. amazing banget!
Selain itu, ada 1 hal lagi yang bikin saya gabisa berhenti mengucap syukur dan amazing banget. Jadi, saya emang udah tau kalo shipping barang ke Indo bakal dikenain pajak. Tergantung value dari barang kita. Berdasarkan pengalaman orang-orang, pajak itu sekitar 500-1 jutaan. Saat packing barang untuk di shipping, papa udah bilang "kalo pajaknya mahal, gausah diambil dusnya" karena takutnya pajaknya dimainin sama orang pajak. UWOW, langsung saya ganti taktik saya, saya taruh baju-baju bekas dan barang-barang yang emang saya lumayan rela kalo ilang. Seharian penuh saya bulak-balik bongkar bagasi, kabin dan dus. Ternyata keluarga saya di Jakarta pun turut mendoakan agar saya bisa packing dengan baik. Akhirnya selesai lah saya mempacking dan mengirim...
Tulisannya sih 3-4 hari paket nya akan sampai, paketnya Icha sampai duluan, saya tunggu-tunggu kapan paket saya sampai. Saya coba kontek perusahaannya, ternyata dia pake third party DHL. Singkat cerita, paket saya akhirnya datang hari Rabu (4 hari kerja setelah collection). Wahhhh seneng banget nih paketnya dateng, karena paket Icha sampe duluan jadi dia kasih tau saya kalo nanti bayar pajaknya ke supir yang nganter paket itu. Ulalaaa pas paket nya sampe, saya dan mama buru-buru buka pintu. Paket nya dibawa masuk sama mas nya. Yang ada di otak saya adalah pajaknya berapa ya hmm. Saya juga ga enak sama mama papa kalo pajaknya mahal. Deg deg deg. Lalu mas nya suruh saya tanda tangan di kertas gitu tanda terima udah dikirim. Setelah itu..... dia langsung pergi meninggalkan saya..... Cengo saya gabisa berkata apa-apa sampai mobilnya pergi meninggalkan rumah kami... Seriusan nih ga bayar pajak apa-apaaaaa???
Ya Tuhan berkat mana lagi yang engkau berikan kepada saya. Terima kasih Tuhan! Saya ga bisa berhenti bersenandung "Aku diberkati, sepanjang hidupku diberkati". Saya belajar banget dari kejadian ini, doa yang didoakan dengan sungguh-sungguh akan besar dampaknya. Buat saya, ini adalah kejadian yang WOW banget karena jarang orang yang ngirim paket tapi gak kena pajak. Cici saya beberapa tahun yang lalu juga kena pajak. Jadi ga terpikir untuk saya kalo bakal ga kena pajak meskipun itu baju bekas. Tapi begitu baiknya Tuhan sama saya. Bahkan sampai saya kembali dari program exchange ini, saya masihh terus dilindungi, disertai dan diberkati. Thanks God! :D

Image 4. National Railway Museum
Amelia Stephanie
Comments