Kali Kedua
- Amelia Stephanie
- Oct 2, 2016
- 2 min read
Setidaknya ini adalah kali kedua mimpi itu hadir menghiasi malamku setelah hampir setahun yang lalu kenangan itu terukir.
Terasa begitu nyata, begitu menyenangkan sekaligus menyedihkan.
Aku ingat bagaimana aku hidup sendiri di dalam kamar itu.
Bebas melakukan apapun.
Akulah yang menentukan arah kehidupanku.
Aku ingat riuhnya suasana dari dapur yang terdengar dari kamarku.
Meski tak sepenuhnya mengerti apa yang mereka bicarakan.
Hingga larut malam suara mereka masih terdengar.
Begitu juga dengan suara teman sebelah kamarku.
Yang biasa mengobrol di telpon saat malam tiba dengan suara yang keras.
Meski dia menggunakan bahasa lain.
Meski suara-suara itu kadang membuatku tak bisa tidur.
Tapi aku senang.
Karena aku tau akan merindukan suara suara itu.
Aku rindu berlari mengejar bus setiap pulang kampus.
Rindu merasakan kesepian di tengah keramaian.
Aku rindu menikmati hari di Piccadilly Garden.
Keluar masuk toko tanpa jentrungan yang jelas.
Menikmati Disney store yang kuidamkan.
Berniat hanya mencuci mata.
Namun seakan semua memanggil meminta untuk dibeli.
Memang aku memilih tidak terlalu terlibat di gereja.
Tapi menjelang natal tiba.
Aku ingin juga merasakan kehangatan natal.
Ditengah dinginnya angin yang berhembus.
Tak ku sangka.
Kehangatan yang kurasa saat itu.
Terus terkenang dalam hatiku.
Yang membangkitkan penyesalan mengapa aku terlambat merasakannya.
Sempat pula kenangan-kenangan ibadah itu muncul dalam mimpi-mimpiku.
Ingin rasanya mengajak orang tua dan keluargaku kesana.
Ku harap ini semua bukan sekedar mimpi.
Setiap minggu siang saat aku pulang.
Suasana riuh gembira itu terasa lagi memenuhi dapur.
Yang ku ingat saat itu, semua sedang mengurusi bunga mereka.
Tanpa segan mereka membagiku setangkai.
Bunga yang terus ku rawat hingga aku pindah rumah.
Pindah rumah dan meninggalkan kamar kecilku yang menyimpan sejuta rasa.
Kehangatan dan kedinginan yang kurasakan bersamaan.
Dibalik selimut.
Menghabiskan waktu seakan hari tidak pernah berganti.
Aku rindu pada suara-suara itu.
Aku rindu suasana ramai saat masuk ke dapur.
Aku rindu bercanda dengan mereka.
Aku rindu ruangan itu dimana tidak ada orang yang bisa mengangguku.
Kini setiap kali mimpi itu hadir dalam tidurku.
Aku sadar kalau kamar itu sudah menjadi milik orang lain.
Aku kini hanya dapat memandangi dari luar.
Tanpa bisa memiliki nya lagi.
Memang itu hanya sebuah kamar.
Tapi di kamar itu, aku merasa menemukan ketenangan.
Dan bebas melakukan apapun.
留言